Penyakit kritis atau umum dikenal dengan istilah “Critical Illness” merupakan kondisi penyakit yang muncul secara mendadak dan memburuk dengan cepat yang menyebabkan kondisi kesehatan seseorang menjadi drop, kritis atau kronis, bahkan tidak sedikit yang berujung kematian.

Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesda), penyakit kritis termasuk ke dalam penyakit tidak menular yang bukan disebabkan oleh bakteri atau virus, dan dapat menyerang siapapun tanpa memandang jenis kelamin, usia, berat badan, kondisi fisik, olahragawan atau bukan, tingkat ekonomi/pendidikan, bahkan seorang dokter pun dapat terkena sakit kritis. Inilah yang mengerikan dari penyakit kritis ini. Beberapa yang masuk kategori penyakit kritis paling mematikan yaitu penyakit jantung, kanker (cancer), dan struk (stroke).

Orang yang terkena penyakit kritis tidak boleh terlambat penanganannya, dan pengobatannya juga tidak memakan biaya yang sedikit.

Berdasarkan survey WHO, 80% tingkat kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kritis, dan 90% diantaranya tidak siap secara FINANSIAL dan 85% mengalami kebangkrutan akibat penyakit kritis ini.

Apa yang akan terjadi jika “pencari nafkah” terkena/terserang penyakit kritis?.

Pada umumnya jika pencari nafkah dalam suatu keluarga terkena penyakit kritis berisiko tidak bisa produktif lagi, sehingga akan mengakibatkan kehilangan pekerjaan/bisnis, dan hal ini tentunya menyebabkan nafkah terhenti/income stop!. Lalu bagaimana dengan kelanjutan hidup yang tetap membutuhkan uang untuk biaya hidup (sekolah, angsuran, dll), ditambah muncul “biaya baru” yaitu biaya pengobatan atas sakit kritis tsb?

Yang banyak dilakukan adalah menggunakan dana dari tabungan, mencairkan deposito, menjual asset seperti rumah/mobil/emas, mencari pinjaman, sumbangan, dan sebagainya.

Tetapi, untuk menjual asset atau mencari pinjaman jelas membutuhkan waktu yang tidak cepat dan tidak mudah, dan apakah akan cukup waktu & nilainya?. Hal inilah yang dari survey WHO tsb dikatakan 90% tidak siap secara finansial.

Dan, jika orang tsb tidak memiliki asset yang sangat banyak sudah pasti dapat dikatakan bangkrut, bahkan yang asset nya banyak pun bisa mengalami kebangkrutan untuk menutupi biaya pengobatan dan stress sebagai dampak imaterilnya, seperti yang banyak dialami oleh artis, konglomerat, pejabat dsb nya yang terkena penyakit kritis ini, banyak dari mereka bangkrut kehidupannya.

Berikut ringkasan sekilasnya: Pencari nafkah terkena penyakit kritis–nafkah stop–kehidupan keluarga (biaya hidup) harus terus berjalan+biaya berobat+keuangan dan asset habis: impian berakhir (menyekolahkan anak, liburan, dll).

Masihkah Anda merasa yakin anda yang merasa sehat-sehat tidak akan terkena risiko tersebut?. Apakah Anda sudah siap secara mental dan finansial jika sampai terdiagnosa penyakit kritis tersebut?

Maka tidak ada salah dan ruginya, dan jika Anda merasa sehat, disarankan dari sejak saat ini Anda sudah mempersiapkan finansial Anda untuk mengantisipasi jika nasib kurang baik terkena penyakit kritis Anda tidak kehilangan kekuatan finansial, tidak mengalami kebangkrutan, biaya hidup tetap dapat terpenuhi, bahkan impian Anda dan keluarga Anda tetap dapat dicapai.

Kehadiran kami di sini, Vision Corporation, akan membantu Anda mendapatkan solusi untuk melindungi Anda dan Keluarga tercinta dari segala risiko keuangan yang muncul jika terkena penyakit kritis yang tidak terduga.

Berikut beberapa pilihan perlindungan terhadap risiko terkena penyakit kritis:

Our Trading helps clients run and transform their front, middle and back-office trading operations. We provide buy-side, sell-side and market infrastructure firms with a full-service offering, including systems integration and technology consulting services, to assist in delivering high performance trading and settlement capabilities across all asset classes. This includes strategy, architecture design, operating model work, process improvement, systems building and trading p